Fashion-beauty
Teknologi Terbaru, Operasi Plastik Hidung Cuma Butuh 5 Menit
Operasi plastik hidung diklaim bisa selesai dalam waktu singkat.
Rima Sekarani Imamun Nissa
![Ilustrasi filler hidung. (Shutterstock)](https://media.dewiku.com/thumbs/2019/03/03/97153-ilustrasi-filler-hidung-shutterstock/745x489-img-97153-ilustrasi-filler-hidung-shutterstock.jpg)
Dewiku.com - Operasi plastik menjadi pilihan banyak orang untuk mengubah bentuk salah satu bagian tubuh, termasuk hidung. Teknologi terbaru, para ahli tengah mengembangkan teknik operasi plastik hidung dengan menggunakan jarum kecil dan arus listrik.
Para peneliti mengatakan metode ini disebut electromechanical reshaping (EMR). Fungsinya, mengubah ujung hidung dengan melibatkan arus listrik yang dialirkan melalui tulang rawan hidung sehingga membuatnya lebih lunak atau lentur.
Baca Juga
Saat tulang rawan melentur, ahli bedah bisa membentuk hidung sesuai dengan keinginan pasien. Setelah itu, arus listrik akan dimatikan dan dibiarkan selama beberapa menit.
![Ilustrasi operasi hidung. (Shutterstock)](https://media.dewiku.com/thumbs/2019/03/03/93139-ilustrasi-operasi-hidung-shutterstock/o-img-93139-ilustrasi-operasi-hidung-shutterstock.jpg)
Dilansir dari laman Metro.co.uk, prosedur ini diklaim sebagai metode tercepat karena cuma memakan waktu lima menit dan hasilnya pun permanen. Disebutkan pula, EMR dapat menjadi alternatif untuk operasi hidung atau penggunaan filler.
Selain lebih cepat, metode ini juga menghindari jahitan dan jaringan parut, dan bisa dilakukan dengan anestesi lokal. Namun, jangan buru-buru ingin menjajal prosedur operasi plastik hidung ini, ya. Pasalnya, metode ini ternyata belum dilakukan uji coba pada manusia.
![Operasi plastik dilakukan ahli bedah berpengalaman. (Unsplash/Marlon Lara)](https://media.dewiku.com/thumbs/2018/12/20/24568-operasi-plastik-dilakukan-ahli-bedah-berpengalaman-unsplashmarlon-lara/745x489-img-24568-operasi-plastik-dilakukan-ahli-bedah-berpengalaman-unsplashmarlon-lara.jpg)
Sejauh ini, para peneliti baru mengujicobakan EMR pada hewan, di mana melalui metode ini, telinga kelinci yang tadinya tegak menjadi jatuh.
Dr. Hill dan Profesor Brian Wong, dari University of California, mengungkapkan, diperlukan lebih banyak penelitian sebelum mereka dapat melanjutkan EMR dan menerapkannya kepada manusia. (Suara.com/Dinda Rachmawati)