Fashion-beauty
Benarkah Tote Bag Katun Ramah Lingkungan? Simak Penjelasan Ini
Klaim tote bag katun ramah lingkungan disebut-sebut tidak benar. Apa alasannya?
Rima Sekarani Imamun Nissa
![Tote bag. (Pexels/Artem Podrez)](https://media.dewiku.com/thumbs/2021/08/29/49765-tote-bag-pexelsartem-podrez/745x489-img-49765-tote-bag-pexelsartem-podrez.jpg)
Dewiku.com - Tote Bag atau tas jinjing katun pernah digaungkan sebagai solusi mengurangi polusi akibat penggunaan kantong plastik sekali pakai. Namun, tas ini pun ternyata tidak ramah lingkungan gara-gara diproduksi secara berlebihan.
Ahli daur ulang dan keberlanjutan tekstil mengatakan, walau tas katun dikirim untuk didaur ulang, logo dan pesan yang tercetak pada tas tidak dapat didaur ulang dan harus dipotong dari kainnya. Artinya, itu membuang sekitar 10 hingga 15 persen kapas yang diterima oleh erusahaan daur ulang tunggal.
Baca Juga
Berbahaya untuk Kulit, Tompi Ingatkan Jangan Berlebihan Pakai Skincare
Cerita Ariel Tatum Perawatan ke Dokter Kulit, Galau Wajahnya Malah Rusak
Mantan Suami Menikah dengan Kakak Sendiri, Curhat Wanita Diminta Ikhlas
Tunangan Direbut Sahabat Sendiri, Wanita Ini Malah Belikan Kado Kalung Emas
Pernah Bikin Istri Orang Salah Paham, Viral Kisah Wanita Bernama 'Sayang'
Makan Malam Romantis Bareng Suami, Syahrini Anggun Pakai Baju Rp38 Juta
Menurut New York Times, mendaur ulang tas katun yang sudah menggantikan plastik untuk sejumlah besar merek menghabiskan energi yang hampir sama dengan memproduksinya di tempat pertama. Hal itu membuat dampaknya terhadap lingkungan lebih merusak daripada yang mungkin dipikirkan publik.
Produksi katun adalah proses intensif sumber daya dan membutuhkan sejumlah besar air untuk menumbuhkan serat. Menurut The Circular Laboratory, dibutuhkan sekitar 10.000 dan 20.000 liter untuk menghasilkan satu kilogram kapas.
![Tote bag berwarna hitam. (Pexels/Stephanie Ho)](https://media.dewiku.com/thumbs/2021/08/29/47284-tote-bag-berwarna-hitam-pexelsstephanie-ho/o-img-47284-tote-bag-berwarna-hitam-pexelsstephanie-ho.jpg)
Sebuah studi tahun 2018 oleh Kementerian Lingkungan dan Makanan Denmark menemukan bahwa tas katun organik perlu digunakan 20.000 kali sebelum dianggap memenuhi kinerja lingkungan dari kantong plastik konvensional.
Studi ini juga menemukan bahwa tas katun organik lebih buruk ketimbang kapas konvensional dalam hal dampak lingkungan secara keseluruhan. Sebab, produk yang terakhir hanya perlu digunakan kembali 7.000 kali untuk mengimbangi dampak produksi.
Evolusi tote bag katun sebagai "simbol status" melihat merek terkenal memproduksinya dalam jumlah tinggi untuk mengantongi pembelian.
Shaun Russell, pendiri merek perawatan kulit Swedia Skandinavisk, mengatakan kepada New York Times bahwa tas bermerek membuat "papan reklame seluler" dari para pelanggan.
"Setiap merek yang mengklaim sebaliknya akan berbohong," kata dia.
Jenis kemasan katun lainnya juga meningkat, seiring dengan banyak produk yang diselubungi kantong kapas saat tidak memerlukan penutup debu pelindung. (*Bimo Aria Fundrika)