Lifestyle
Bertekad Melanjutkan Pendidikan, Perempuan Sering Alami Masalah Ini
Keinginan melanjutkan pendidikan saja sudah dianggap sebagai masalah.
Rima Sekarani Imamun Nissa
![Perempuan belajar giat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Unsplash/sean Kong)](https://media.dewiku.com/thumbs/2019/02/15/21542-perempuan-belajar-giat-untuk-melanjutkan-pendidikan-unsplashsean-kong/745x489-img-21542-perempuan-belajar-giat-untuk-melanjutkan-pendidikan-unsplashsean-kong.jpg)
Dewiku.com - Pendidikan merupakan hak semua orang, baik perempuan maupun lelaki. Namun, meski kesetaraan gender sudah sering dikampanyekan, rupanya masih ada beberapa kondisi yang membuat kaum hawa terhalang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Seorang Praktisi Ketenagakerjaan, Mutiara Pratiwi mengatakan, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi membuat sebagian besar orang, termasuk kaum perempuan, kesulitan untuk melanjutkan kuliah. Padahal pendidikan merupakan gerbang menuju kehidupan lebih baik.
Baca Juga
''Belum lagi faktor social cultural di mana ada pandangan perempuan ini kerjanya ya di rumah. Jadi ibu rumah tangga, ngapain harus sekolah tinggi-tinggi. Stereotip ini yang membuat perempuan tidak berani punya tujuan atau mimpi untuk mengakses kehidupan yang lebih baik,'' kata Mutiara, Kamis (14/2/2019) kemarin, seperti dikutip dari Suara.com.
Menurut Mutiara,bentuk dukungan yang bisa dilakukan tentu saja pemberian akses pendidikan. Meski banyak yang menilai bahwa pemerataan pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah, ia tak menampik perlu kontribusi pihak lain, termasuk perusahaan swasta, agar akses pendidikan perempuan Indonesia terbuka semakin lebar.
''Dengan berwawasan luas, perempuan berkapasitas untuk memiliki growth mindset, sehingga mereka selalu semangat belajar, berkembang, dan membekali diri dengan kompetensi lain sebagai modal ketika memasuki dunia kerja, termasuk kemampuan beradaptasi, memecahkan masalah, berpikiran kritis, kreatif dan peka terhadap lingkungan,'' ucap dia menerangkan.
![Perempuan belajar giat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Unsplash/Eliabe Costa)](https://media.dewiku.com/thumbs/2019/02/15/87688-perempuan-belajar-giat-untuk-melanjutkan-pendidikan-unsplasheliabe-costa/745x489-img-87688-perempuan-belajar-giat-untuk-melanjutkan-pendidikan-unsplasheliabe-costa.jpg)
Hal itu jugalah yang membuat Fair & Lovely, brand perawatan kullt wajah perempuan produksi PT Unilever Indonesia, kembali bekerja sama dengan Hoshizora Foundation untuk menyeIenggarakan program 'Fair & Lovely Bintang Beasiswa'.
Pada tahun ketiga penyelenggaraannya, Bintang Beasiswa mempermudah mekanisme pendaftaran melalui jalur daring dan memperluas cakupan ke hampir seluruh wilayah Indonesia. Tak hanya itu, demi menyiapkan para penerima manfaat dalam kompetisi dunia kerja, Fair & Lovely Bintang Beasiswa juga menambahkan jadwal pendampingan baru, yakni program magang pada tahun ketiga perkuliahan.
![Perempuan belajar giat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Unsplash/Lucrezia Carnelos)](https://media.dewiku.com/thumbs/2019/02/15/34468-perempuan-belajar-giat-unsplashlucrezia-carnelos/745x489-img-34468-perempuan-belajar-giat-unsplashlucrezia-carnelos.jpg)
Besarnya animo pendaftar menunjukkan tingginya semangat perempuan untuk mengembangkan talenta dan mewujudkan impiannya. ''Secara berkelanjutan kami tidak hanya memberikan akses pendidikan tinggi bagi 50 perempuan muda berprestasi Indonesia, tetapi juga berbagai program pendampingan untuk meningkatkan kompetensi yang berdaya saing di dunia kerja,'' ungkap Amaryllis Esti selaku Head of Marketing Face Care Category PT Unilever Indonesia, Tbk.
Amaryllis memaparkan, program beasiswa ini ditujukan untuk siswi kelas 12 lulusan SMA/SMK/MA/sederajat di seluruh pulau Jawa, Madura, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat untuk mewujudkan impian mereka melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di wilayah tersebut. Beasiswa akan diberikan dalam bentuk tabungan pendidikan serta dikelola dan diberikan secara berkala selama 4 tahun masa studi. (Suara.com/Firsta Nodia)