Lifestyle

Inspirasi Hari Kartini, Begini Perjuangan Petani Kopi Perempuan

Selamat Hari Kartini!

Rima Sekarani Imamun Nissa

Persiapan memetik biji kopi. (Unsplash/Katya Austin)
Persiapan memetik biji kopi. (Unsplash/Katya Austin)

Dewiku.com - Setiap peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, biasanya akan banyak kegiatan yang mengusung kehebatan perempuan di segala bidang. Kisah perjuangan petani kopi perempuan pun tak kalah menarik disimak.

Sri Wahyuni adalah salah satu Kartini amsa kini yang patut diacungi jempol. Dia adalah Ketua Koperasi Usaha Kopi Srikandi di Lampung.

Sri lahir dari keluarga petani kopi tapi tak langsung meneruskan usaha warisan. Ia sempat mengadu nasib ke Ibu Kota. Namun, hati nurani membuatnya pulang kampung.

Sri pun mengikuti berbagai pelatihan menanam kopi untuk menghasilkan biji kopi dengan kualitas lebih baik. Dia bahkan telah berhasil membentuk simpan usaha dan unit usaha pengolahan kopi.

Daerah tempat tinggal Sri di Ulubelu, Tanggamus, Lampung, memang dikenal sebagai sentra penghasil kopi Robusta.

Koperasi srikandi [press release]
Koperasi srikandi. (Istimewa/Press release)

''Kenapa kopi? Karena wilayah saya memang sebagian besar penduduknya petani kopi. Jadi lewat koperasi ini kami mendorong para petani kopi perempuan untuk mengolah biji kopi jadi bubuk sehingga nilai jualnya lebih tinggi,'' ungkapnya, seperti dikutip dari Suara.com, Sabtu (20/4/2019).

Koperasi Srikandi yang dipimpin Sri baru-baru ini mendapat bantuan dari perusahaan tenaga listrik asal Korea, Kore Midland Power (KOMIPO). KOMIPO sendiri mempunyai banyak pembangkit listrik di seluruh Indonesia. Ada dua pembangkit di Cirebon, satu pembangkit di Wampu, satu pembangkit di Jepara, dan satu pembangkit lagi di Tanggamus, Lampung.

Ilustrasi kopi. (Unsplash/Nathan Dumlao)
Ilustrasi kopi. (Unsplash/Nathan Dumlao)

Kim Byung Sam, Direktur KOTRA yang menfasilitasi perusahaan asal Korea untuk menyelenggarakan kerjasama dengan pihak di Indonesia, mengatakan kerjasama KOMIPO dan Koperasi Srikandi adalah salah satu dari fase kedua Program OVOP yang didukung oleh KOTRA serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM).

''Proyek OVOP adalah New Southern Policy pemerintah Korea Selatan yang baru dalam mengupayakan kerja sama winwin solution,'' tutur Kim.

Tahap pertama OVOP diadakan pada 2015 hingga 2018, yakni dengan mendukung dua koperasi di Lombok, satu koperasi di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Bali.

''Di masa depan, KOTRA bersedia mendukung berbagai kolaborasi antara koperasi dan Perusahaan Korea untuk bekerja sama. Itu tidak berarti satu pihak membantu dan pihak lain menerima bantuan. Tetapi ini adalah kedua pihak yang bekerja sama untuk menghasilkan keuntungan yang terbaik,'' kata Kim.

Semoga kerja sama itu bisa mengangkat kesejahteraan petani kopi perempuan seperti Sri Wahyuni dan kawan-kawan, ya. (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini