Lifestyle
Sering Keterusan Asyik Scrolling Media Sosial? Ternyata Ini Penyebabnya
Apa yang terjadi di dalam otak hingga kamu jadi tak bisa berhenti scrolling media sosial?
Rima Sekarani Imamun Nissa
![Ilustrasi stalking media sosial Instagram mantan. (Unsplash/Georgia Delotz)](https://media.dewiku.com/thumbs/2018/10/23/86450-ilustrasi-stalking-media-sosial-instagram-mantan-unsplashgeorgia-delotz/745x489-img-86450-ilustrasi-stalking-media-sosial-instagram-mantan-unsplashgeorgia-delotz.jpg)
Dewiku.com - Berselancar di media sosial, mulai dari Instagram, TikTok, Twitter dan aplikasi lain, memang sering kali bikin keterusan. Padahal, kebanyakan scrolling media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental Anda.
Melansir dari Bustle, Bloomberg melaporkan pada Maret 2020 bahwa baik Twitter dan Facebook mengalami lonjakan penggunaan besar sejak pandemi dimulai, Facebook sendiri melaporkan kenaikan 70 persen pada platform WhatsApp dan Instagram. Hampir setengah dari pengguna merupakan orang berusia 24 hingga 39 tahun yang menanggapi survei pada April 2020.
Baca Juga
Iseng Main TikTok, Wanita Ini Malah Sukses Temukan Bukti Perselingkuhan
Terobsesi Wajah Ala Filter Instagram, Pria Ini Rela Habiskan Rp2,6 Miliar
Wanita Ini Bagikan Tips Murah Biaya Menikah, Malah Diejek Kelewat Pelit
Kate Middleton Pakai Sneakers Ramah Lingkungan, Harganya Cuma Rp1,8 Juta
Glenca Chysara Pakai Baju Tak Bermerek dan Murah, Begini Reaksi Warganet
Dianggap Sempurna, Ahli Bedah Plastik Sebut Jin BTS Punya Bibir Terindah
Pada tingkat dasar, media sosial mengaktifkan beberapa area otak sekaligus. Dokter Clifford Segil, D.O., seorang ahli saraf di Pusat Kesehatan Providence Saint John mengatakan bahwa media sosial cenderung menerangi area pemrosesan visual otak ketika Anda menafsirkan apa yang Anda lihat dan jalur pendengaran untuk memilah suara atau musik.
"Ini mengaktifkan daerah otak yang serupa dengan yang digunakan ketika memfokuskan perhatian Anda pada aktivitas kognitif seperti membaca atau bermain video game," ungkap Segil.
"Itulah sebabnya Anda dapat berakhir scrolling selama berjam-jam," katanya kemudian.
![Ilustrasi bermain media sosial (Pexels/Andrea Piacquadio)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/14/86904-ilustrasi-bermain-media-sosial-pexelsandrea-piacquadio.jpg)
Berada di media sosial dalam waktu lama juga bisa memengaruhi cara otak Anda mengatur emosi.
"Banyak orang (mengalami) kesedihan, kecemasan, kesedihan, frustrasi, dan kebosanan selama karantina atau upaya jarak sosial mereka," tutur Dr Sanam Hafeez Psy.D., seorang neuropsikolog kepada Bustle.
Di sisi lain, media sosial juga bisa membantu otak melewati berbagai kesedihan dan kecemasan. Ketika terlibat dengan unggahan yang membuat Anda merasa baik, terutama jika Anda terlibat dengan seseorang yang Anda kenal secara langsung, otak mungkin bereaksi dengan memberi dorongan ke arah positif.
"Kegembiraan bertepatan dengan pelepasan dopamin dan serotonin dalam tubuh," ujar Hafeez. Neurotransmitter ini memiliki kaitan dengan peningkatan suasana hati.
Meski begitu, kelamaan scrolling di media sosial juga bisa berdampak buruk. Segil mengatakan, media sosial cenderung memicu sistem limbik yang berhubungan dengan respons emosional baik atau buruk. Media sosial mungkin memberikan lebih banyak pukulan emosional saat Anda tak melihat orang-orang dalam dunia nyata. (*Fita Nofiana)