Ragam
Cemas Terus Soal Penampilan? Mungkin Kamu Mengalami BDD Seperti Jutaan Orang Lainnya
Orang yang mengalami BDD cenderung merasa bahwa "kekurangan" dalam tubuhnya selalu jadi sorotan orang lain.
Vania Rossa

Dewiku.com - Siapa yang tidak ingin tampil menarik? Dalam era media sosial yang begitu gencar menampilkan standar kecantikan yang tinggi, merasa nggak nyaman atau bahkan benci melihat tubuh sendiri setiap kali berdiri di depan cermin, adalah hal yang wajar. Namun, jika kegelisahan ini terus berlanjut dan mengganggu aktivitas sehari-hari, mungkin kamu sedang mengalami Gangguan Dismorfik Tubuh atau dikenal juga sebagai Body Dysmorphic Disorder (BDD).
Orang yang mengalami BDD cenderung merasa bahwa "kekurangan" dalam tubuhnya selalu jadi sorotan orang lain. Mereka sering berpikir bahwa orang di sekitar memperhatikan, menilai, atau bahkan membicarakan penampilan mereka.
Baca Juga
Nimbrung Sejenak di Komunitas Baca Bareng: Ruang Hening Untuk Para Pembaca Sejati
Liburan Akhir Tahun Makin Ramai, 110 Juta Orang Diprediksi Melakukan Pergerakan
Self-Silence, Ketika Diam Membebani Kesehatan Mental
Mengenal Siti Fauziah, Perempuan Pertama yang Duduk di Kursi Sekjen MPR RI
Philophobia pada Perempuan: Mengapa Takut Jatuh Cinta?
Sambut Tahun Baru 2025, Ini 5 Tips Kelola Keuangan Pribadi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Mereka bisa terlalu fokus sama bagian tubuh tertentu yang dianggap kurang sempurna, padahal orang lain mungkin tidak menyadarinya sama sekali. Misalnya, merasa hidung terlalu besar, kulit tak mulus, atau berat badan yang dianggap berlebihan.
Tidak cuma itu, orang dengan BDD sering kali mengalami perasaan jijik terhadap diri sendiri, kecemasan parah, rendah diri, hingga muncul pikiran-pikiran ekstrem seperti keinginan untuk bunuh diri. Hal ini terjadi karena mereka merasa "kekurangan" tersebut terlalu mengganggu kehidupan mereka.
Penderita BDD sering melakukan perilaku berulang, seperti terlalu sering bercermin, merias diri secara berlebihan, menggaruk atau memeriksa kulit terus-menerus, hingga mencari validasi dari orang lain untuk memastikan penampilan mereka terlihat baik.
Dilansir dari Neuroscience & Biobehavioral Reviews, faktor yang melatarbelakangi munculnya gangguan BDD antara lain pengalaman traumatis, seperti bullying, pelecehan, atau komentar negatif tentang penampilan tubuh di masa kecil.
Tak hanya itu, pengaruh media juga berperan penting, di mana paparan berlebihan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis di media sosial juga memperburuk kondisi tersebut.
Gangguan ini bukan sekadar soal "nggak pede" biasa, ya. BDD bisa bikin seseorang merasa cemas terus-menerus, bahkan sampai memengaruhi kehidupan sehari-hari. Misalnya, menarik diri dari pergaulan, menghindari hubungan dekat, atau menghindari foto bareng teman-teman, atau menghabiskan banyak waktu di depan cermin buat mencari "kekurangan".
Nah, kalau kamu merasa punya tanda-tanda seperti ini, nggak ada salahnya buat cerita ke orang terdekat atau mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater. Ingat, setiap tubuh itu unik dan punya keistimewaannya masing-masing.
Belajar menerima diri sendiri memang butuh waktu, tapi langkah kecil untuk lebih mencintai tubuh kita bisa dimulai sekarang. Kamu nggak sendiri, kok! Dan kalau merasa butuh bantuan, jangan sungkan untuk bilang ke orang terdekatmu, ya!