Ragam

4 Fakta Menarik Budaya Kencan di Asia: Perempuan Indonesia Lebih Materialistis?

Hanya 25% perempuan Indonesia yang bersedia kencan dengan laki-laki berpenghasilan lebih rendah.

Vania Rossa

Ilustrasi pasangan kencan
 (Freepik/frimufilms)
Ilustrasi pasangan kencan (Freepik/frimufilms)

Dewiku.com - Benarkah perempuan di Indonesia lebih materialistis dibandingkan dengan 5 negara Asia lainnya? Pertanyaan ini muncul setelah melihat data menunjukkan bahwa hanya 25% perempuan Indonesia yang bersedia kencan dengan laki-laki berpenghasilan lebih rendah.

Data tersebut dirilis oleh Lunch Actually, platform layanan perjodohan terkemuka, hasil survei yang mengungkap berbagai kebiasaan dan preferensi kencan di enam negara Asia. 

Survei ini membahas sikap terhadap dinamika keuangan, hubungan antar ras, penggunaan aplikasi kencan, dan preferensi pasangan, menunjukkan perbedaan budaya yang mencolok.

Berikut hasil survei yang didapat:

1. Pandangan Mengenai Keuangan dalam Hubungan

Survei menemukan bahwa pandangan tentang kesetaraan finansial dalam hubungan sangat beragam.

  • Hong Kong: 52% perempuan bersedia berkencan dengan laki-laki berpenghasilan lebih rendah, mencerminkan sikap progresif..
  • Indonesia: Hanya 25% perempuan terbuka dengan kondisi serupa, menunjukkan sikap yang lebih konservatif.
  • Thailand: Hampir semua laki-laki (97%) menerima perempuan berpenghasilan lebih tinggi, namun hanya 36% perempuan terbuka untuk laki-laki berpenghasilan lebih rendah.
  • Malaysia: 38% responden bersikap terbuka terhadap laki-laki dengan penghasilan lebih rendah, menandakan pandangan tradisional.

2. Keterbukaan pada Hubungan Antar Ras

Penerimaan hubungan antar ras juga berbeda di tiap negara:

  • Paling Terbuka: Indonesia (84%), Malaysia (81%), dan Taiwan (81%).
  • Sedang: Hong Kong (70%) dan Thailand (76%).
  • Terendah: Singapura (66%).

Fakta ini menunjukkan bahwa meski multikulturalisme tinggi, faktor budaya dan norma sosial tetap mempengaruhi sikap terhadap hubungan antar ras.

3. Preferensi Pasangan di Berbagai Negara

Setiap negara memiliki prioritas unik dalam memilih pasangan:

  • Stabilitas Keuangan: Jadi prioritas di Taiwan (78%) dan Indonesia (73%).
  • Bentuk Tubuh: Diutamakan di Thailand (85%) dan Taiwan (75%), tapi kurang relevan di Indonesia (44%).

CEO Lunch Actually, Violet Lim, menyatakan, “Preferensi ini mencerminkan bagaimana budaya dan nilai personal mempengaruhi kriteria kencan, meskipun teknologi telah mengubah cara orang berhubungan.”

4. Penggunaan Aplikasi Kencan

Frekuensi Penggunaan Harian: Taiwan mencatat penggunaan tertinggi (25%). Negara lain menunjukkan penurunan, seperti Singapura (12%), Malaysia (13%), dan Indonesia (5%).

Durasi Penggunaan: Malaysia mencatat pengguna jangka panjang terbanyak (62%), sedangkan Hong Kong terendah (38%).

Alasan Penggunaan:

  • Kencan tanpa Komitmen: Dominan di Hong Kong (14%), Thailand (13%), dan Taiwan (15%).
  • Hubungan Serius: Fokus utama di Indonesia (57%) dan Singapura (53%).

Namun, ada beberapa tantangan besar. Banyak pengguna merasa aplikasi kencan kurang efektif:

  • Hanya sebagian kecil yang merasa usaha mereka dihargai, seperti Indonesia (3%), Malaysia (10%), dan Taiwan (0%).
  • Kekhawatiran umum termasuk profil palsu (Indonesia, 43%) dan kurangnya koneksi nyata (Singapura, 36%).

Prediksi Tren Kencan Tahun 2025

1. Lebih Banyak Perjodohan Berbasis Teknologi

Dengan negara seperti Taiwan yang sudah menunjukkan tingkat penggunaan aplikasi kencan harian yang tinggi, layanan perjodohan berbasis teknologi diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2025.

Platform kencan diprediksi akan mengintegrasikan fitur-fitur canggih seperti pencocokan kompatibilitas berbasis AI dan pengalaman kencan menggunakan virtual reality, memberikan pengguna cara yang lebih personal dan inovatif untuk terhubung.

2. Pergeseran Menuju Hubungan yang Lebih Serius

Seiring dengan negara seperti Singapura yang semakin memprioritaskan pencarian koneksi yang lebih bermakna dan hubungan jangka panjang, aplikasi kencan diperkirakan akan beradaptasi dengan menawarkan fitur-fitur yang mendukung perjodohan untuk hubungan serius.

Ini mungkin mencakup opsi untuk penilaian kepribadian yang mendalam, alat komunikasi yang berfokus pada hubungan, serta fitur khusus bagi pengguna yang mencari pasangan serius daripada sekadar hubungan kasual.

3. Stabilitas Finansial Akan Semakin Penting

Dunia kencan di Taiwan dan Indonesia, di mana keamanan finansial menjadi faktor penting dalam memilih pasangan, aplikasi kencan mungkin mulai menawarkan fitur yang memungkinkan pengguna berbagi informasi lebih banyak tentang stabilitas keuangan atau pencapaian karier mereka.

Faktor ekonomi akan tetap menjadi aspek sentral dalam proses kencan, dan platform dapat menyediakan filter untuk membantu pengguna menemukan pasangan yang kompatibel secara finansial.

4. Peningkatan Keragaman dan Keaslian

Dengan meningkatnya penerimaan hubungan antar ras di negara seperti Indonesia, Hong Kong, dan Taiwan, platform kencan kemungkinan akan melayani preferensi yang lebih beragam. Akan ada penekanan pada inklusivitas dengan fitur-fitur yang mendukung latar belakang budaya dan orientasi yang berbeda. 

Selain itu, untuk mengatasi kekhawatiran tentang profil palsu dan masalah kepercayaan, aplikasi kencan diperkirakan akan memperkenalkan proses verifikasi yang lebih ketat, sehingga pengguna merasa lebih yakin bahwa koneksi yang mereka bangun adalah asli dan dapat dipercaya.

CEO Violet Lim kemudian menyimpulkan, “Meskipun teknologi mempermudah cara untuk berkencan, para lajang tetap mencari hubungan yang lebih mendalam.”

Berita Terkait

Berita Terkini