Ragam
Mengenal Program Au-Pair: Bukan Kerja Tapi Menjadi Bagian Keluarga
Jika mengalami perlakuan yang tidak adil saat Au-pair, Rere menyarankan agar segera melapor.
Risna Halidi
![Program au-pair (Instagram Rere)](https://media.dewiku.com/thumbs/2025/01/29/89597-program-au-pair/745x489-img-89597-program-au-pair.jpg)
Dewiku.com - Tinggal di luar negeri merupakan impian banyak anak muda Indonesia. Hal itu bisa diwujudkan, salah satunya melalu program yang diberi nama Au-pair.
Au-pair sendiri merupakan program yang memungkinkan seseorang tinggal bersama keluarga angkat di negara lain untuk membantu mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga ringan.
Baca Juga
Ketidakadilan di Lingkungan Kerja, Ketika Abuse of Power Jadi Isu Nasional
Fragile Masculinity: Ketika Perempuan Diharapkan Pasif dan Bergantung Pada Laki-Laki
Satine, Perjalanan Memahami Rasa Kesepian Lewat Karya Terbaru Ika Natassa
Suka Menumpuk Barang Tak Terpakai? Keterikatan Emosional yang Sulit Lepas pada Penderita Hoarding Disorder
Survei: Banyak Gen Z Khawatir dengan Masa Depan Hingga Picu Gangguan Kesehatan Mental
LBH APIK Jakarta Desak Pembukaan Kembali Penyelidikan Kasus Kekerasan Seksual di Kedutaan Besar
Sebagai bagian dari keluarga angkat, au-pair tidak dianggap pekerja melainkan seperti kakak bagi anak-anak di keluarga tersebut.
Program ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengenal budaya baru, mempelajari bahasa, dan menjelajahi negara lain sambil mendapatkan uang saku dari host family.
Tugas dan Peran Au-Pair
Reynitra Ramdhany, seorang au-pair yang tinggal di Belanda, menegaskan bahwa au-pair tidak bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga berat.
“Au-pair itu tugasnya cuma mengasuh anak, kayak jadi kakak untuk anak-anak mereka, bantuin belajar, temani main, tapi kita gak perlu beres-beres rumah,” Ujar Reynitra yang akrab disapa Rere saat Live bersama Dewiku pada Kamis (23/01) lalu.
Ia menambahkan, pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah bukanlah bagian dari tugas au-pair.
"Gak perlu beres-beres rumah misalnya kalau rumah lagi kotor, karena itu sebenernya bukan tanggung jawab kita," ujar Rere.
Namun, Rere juga mengingatkan bahwa banyak sekali kasus di mana au-pair justru diperlakukan tidak sesuai dengan tugas mereka.
"Apalagi kan banyak ya kasus yang begitu, yang bikin orang itu diperlakukan kaya asisten rumah tangga sama host family-nya, kalau kita melakukan hal yang diluar jobdesk kita, mereka malah jadi seenaknya gitu," tambahnya.
Jika mengalami perlakuan yang tidak adil, Rere menyarankan agar segera melapor.
"Kalau sampe ada abuse atau diperlakukan gak sesuai dengan jobdesk, itu bisa langsung dilaporin aja ke agency yang menyalurkan kita," ungkapnya.
Pentingnya Menjalin Hubungan Baik dengan Host Family
Menjalin hubungan yang baik dengan host family menjadi kunci keberhasilan program au-pair. Komunikasi yang terbuka dan saling percaya akan menciptakan suasana nyaman bagi kedua belah pihak.
Rere menyarankan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan keluarga angkat.
“Harus deket sama host family biar di sana tuh sama-sama enak dan nyaman, saling percaya gitu," ujarnya.
Selain itu, bergabung dengan komunitas au-pair di negara tempat tinggal juga sangat dianjurkan.
"Langsung aja join ke komunitas au-pair di negara masing-masing. Di komunitas itu biasanya saling peduli, jadi kita akan dibantu dan dilindungi juga," kata Rere.
Tantangan dan Solusi dalam Program Au-Pair
Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah sulitnya menemukan host family yang cocok. Beberapa calon au-pair bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk dipilih oleh keluarga angkat.
Untuk mengatasi hal ini, Rere menyarankan agar para calon au-pair meningkatkan profil mereka.
"Tingkatin profil di akun au-pair kalian supaya lebih banyak host family yang tertarik," ujarnya.
Menurut Rere, dengan profil yang lebih lengkap, termasuk pengalaman dan keahlian yang relevan, host family akan lebih mudah tertarik.
"Misalnya tambahin keahlian bahasa atau pengalaman kerja yang relevan, itu bisa menarik perhatian host family," tambahnya.
Selain itu, Rere mengapresiasi tinggi toleransi yang ada di Belanda.
"Di sini toleransinya tinggi banget, jadi soal diskriminasi sih, gak ada masalah besar, meskipun aku perempuan dan berhijab" ujarnya.
Ia merasa sangat nyaman tinggal di Belanda karena menerima perlakuan yang baik dari masyarakat dan host family.
“Orang-orang di sini sangat ramah dan menerima kita dengan baik,” tambahnya.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
- TAGS:
- # au-pair
- # luar negeri
- # keluarga