Ragam
Tantangan Period Poverty, Ketika Perempuan Tidak Memiliki Akses Memadai Terhadap Produk Menstruasi
Period poverty merupakan isu global yang mencerminkan keterbatasan akses perempuan terhadap sanitasi serta edukasi terkait kebersihan menstruasi.
Vania Rossa
![Ilustrasi pembalut wanita. (Shutterstock)](https://media.dewiku.com/thumbs/2018/10/04/62757-ilustrasi-pembalut-wanita-shutterstock/745x489-img-62757-ilustrasi-pembalut-wanita-shutterstock.jpg)
Dewiku.com - Menstruasi merupakan siklus bulanan pada perempuan usia subur yang pasti terjadi. Periode keluarnya lapisan darah melalui alat reproduksi wanita yang berasal dari dinding rahim ini membuat perempuan membutuhkan berbagai produk kesehatan yang penting untuk menjaga organ reproduksi dan kesehatan tubuhnya.
Namun faktanya, tak semua perempuan memiliki akses yang memadai terhadap produk kebersihan menstruasi, seperti pembalut atau tampon, serta informasi dan fasilitas sanitasi yang layak. Kondisi ini bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial yang berdampak pada kualitas hidup perempuan.
Baca Juga
Stigma Negatif pada Tubuh Gemuk, Mengapa Kita Harus Bicara Tentang Fatphobia?
Polemik Tes Kehamilan di Sekolah: Pelanggaran Privasi atau Upaya Pencegahan?
Rahasia Mengelola Penghasilan Kecil agar Bisa Meraih Kebebasan Finansial
Memahami Akar Masalah Filisida: Mengapa Orang Tua Membunuh Anak Mereka?
Keuangan Aman Untuk Mama Muda: Panduan dari Alexandra Askandar, Wakil Presiden Direktur Bank Mandiri
Physical Touch: Bahasa Cinta yang Tak Identik dengan Seks
Kondisi di mana masih banyaknya perempuan yang belum memiliki hak tersebut dengan layak karena keterbelakangan ekonomi, disebut dengan period poverty.
Period poverty merupakan isu global yang mencerminkan keterbatasan akses perempuan terhadap sanitasi serta edukasi terkait kebersihan menstruasi.
Isu ini tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan pembalut atau tampon, tetapi juga mencakup berbagai aspek lain yang berhubungan dengan menstruasi.
Menurut data dari World Bank, sekitar 500 juta orang di seluruh dunia diperkirakan mengalami kesulitan dalam memperoleh produk menstruasi dan fasilitas yang layak untuk menjaga kebersihan selama menstruasi.
"Meski menstruasi adalah bagian kehidupan yang normal dan sehat bagi sebagian besar perempuan dan anak perempuan, tapi di banyak masyarakat, pengalaman menstruasi masih dibatasi oleh tabu budaya dan normal-normal sosial yang diskriminatif," tulis World Bank.
Kemiskinan menjadi salah satu hal yang paling disorot dalam period poverty, di mana harga jual pembalut disebut menjadi salah satu masalahnya.
Tingkat ekonomi yang rendah bisa membuat seseorang berpikir ulang untuk membeli satu kemasan pembalut. Padahal, satu hari dalam periode menstruasi saja biasanya perempuan akan membutuhkan lebih dari satu pembalut.
Kesehatan dan Kebersihan
Dilansir dari Medical News Today, orang yang tidak memiliki akses terhadap produk menstruasi dilaporkan menggunakan kain bekas, tisu toilet, atau popok bayi sebagai alternatif.
Selain itu, beberapa orang terpaksa menggunakan produk menstruasi yang mereka miliki lebih lama dari waktu yang dianjurkan.
Penggunaan alternatif tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi urogenital, yaitu infeksi pada sistem kemih dan genital, termasuk infeksi saluran kemih serta bacterial vaginosis.
Bagaimana Cara Mengakhiri Period Poverty?
Menurut Medical News Today, period poverty merupakan krisis kesehatan global yang membutuhkan perhatian serius. Untuk mengatasi period poverty, diperlukan langkah-langkah berikut:
- Dukungan pemerintah dalam penyediaan fasilitas dan produk menstruasi yang terjangkau.
- Edukasi tanpa stigma di sekolah, komunitas, dan organisasi.
- Peran sektor swasta dalam menyediakan fasilitas, produk, dan edukasi menstruasi.
- Program bantuan berbasis penelitian untuk memberikan edukasi dan produk bagi yang membutuhkan.
- Riset lebih lanjut untuk memahami dampak dan solusi period poverty.
- Kebijakan yang mendukung, termasuk pengurangan pajak pada produk menstruasi.
Period poverty adalah masalah serius yang berdampak pada kualitas hidup perempuan. Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan akses yang lebih baik, dan mengubah stigma negatif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perempuan selama menstruasi.
(Nurul Lutfia)