Ragam

Bertukar Kata Sandi: Bukti Cinta atau Kontrol Pada Pasangan?

Kalau nggak ada yang disembunyikan, kenapa harus takut? kira kira begitulah alasan pasangan yang berbagi akun dan kata sandi.

Vania Rossa

Ilustrasi pasangan berbagi akun dan kata sandi. (Freepik/frimufilms)
Ilustrasi pasangan berbagi akun dan kata sandi. (Freepik/frimufilms)

Dewiku.com - Bagi banyak pasangan, bertukar akun dan kata sandi dianggap sebagai bentuk keterbukaan dan transparansi dalam sebuah hubungan. Mereka percaya bahwa dengan memberikan akses ke media sosial atau email pribadi, tandanya tidak ada lagi hal yang disembunyikan di antara mereka. 

Hal ini sering kali dilakukan sebagai upaya untuk menghindari kecurigaan atau membangun kepercayaan yang lebih kuat. 

“Kalau nggak ada yang disembunyikan, kenapa harus takut?” kira kira begitulah alasan yang sering terdengar. 

Mereka merasa bahwa dengan mengetahui kata sandi pasangan, mereka bisa saling mengawasi, dan itu memberi rasa aman. 

Tapi, apakah kepercayaan harus selalu diuji dengan transparansi seperti itu? Bukankah setiap orang berhak punya ruang pribadi, meskipun dalam hubungan yang sangat dekat?

Pendapat tentang berbagi kata sandi dalam hubungan memang beragam, dan itu sangat bergantung pada bagaimana pasangan memandang kepercayaan dan privasi itu sendiri. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbagi akses akun bisa meningkatkan rasa percaya, sementara yang lain justru menyoroti potensi risiko yang dapat dihasilkan, seperti melanggar privasi seseorang. 

Sebuah penelitian dari layanan keamanan online Comparitech menemukan bahwa 47% responden yang berbagi kata sandi dengan pasangannya cenderung memiliki hubungan yang lebih baik. Selain itu, sekitar 28% pria dan 17% wanita merasa lebih percaya pada pasangannya setelah membagikan kata sandi media sosial mereka. 

Di sisi lain, ada banyak alasan mengapa bertukar akun bisa menjadi masalah serius. Privasi adalah hak setiap orang , termasuk dalam hubungan romantis. Tidak sedikit kasus di mana salah satu pihak merasa terpaksa memberikan akses akun demi menghindari konflik atau dianggap tidak setia.

Hal ini tidak berarti bahwa pasangan harus mengetahui segala sesuatu tentang pasangannya hingga detail terkecil. Justru, menjaga batasan tertentu dalam privasi dapat membantu hubungan tetap sehat dan tidak berubah menjadi hubungan yang penuh kontrol.

Pasangan yang memiliki akses ke akun pribadi dapat membaca pesan tanpa izin, menghapus percakapan, atau bahkan menyalahgunakan informasi pribadi untuk hal-hal yang tidak diinginkan. 

Dalam beberapa kasus, hubungan yang berakhir buruk bisa berujung pada penyebaran informasi pribadi atau penyalahgunaan akun sebagai bentuk balas dendam.

Menjaga Batasan dalam Hubungan

Membangun hubungan yang sehat tidak harus dengan mengorbankan privasi masing-masing. Menurut Psychology Corner, bertukar kata sandi justru dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan emosional seseorang.

Rasa kebebasan individu bisa berkurang, dan kecemasan meningkat ketika seseorang merasa perlu memantau akun pasangannya secara terus-menerus. 

Jika sebuah hubungan memerlukan pengawasan digital untuk merasa aman, bisa jadi masalah utamanya bukan soal transparansi, tetapi rasa tidak aman dan kecemburuan yang belum terselesaikan.

Keputusan untuk berbagi kata sandi sebaiknya tidak diambil secara gegabah. Sebelum bertindak, penting untuk mendiskusikan batasan privasi yang sehat dengan pasangan. 

Apabila ada kekhawatiran tentang kesetiaan atau transparansi, diskusi yang matang jauh lebih sehat daripada sekadar berbagi kata sandi.Ingatlah bahwa menjaga ruang pribadi bukan berarti menyembunyikan sesuatu, tetapi justru menunjukkan penghormatan terhadap satu sama lain sebagai individu yang utuh.

(Humaira Ratu)

 

Berita Terkait

Berita Terkini