Ragam
Doomscrolling: Candu Digital yang Menggerogoti Kesehatan Mental Gen Z
Doomscrolling merujuk pada kebiasaan seseorang untuk terus-menerus membaca berita buruk atau informasi negatif di internet, meskipun hal itu berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Vania Rossa

Dewiku.com - Tumbuh di era digital, generasi Z atau gen Z terbiasa mengonsumsi informasi dengan cepat, bahkan dalam hitungan detik. Namun, kebiasaan ini membuat mereka rentan terjebak doomscrolling.
Doomscrolling merujuk pada kebiasaan seseorang untuk terus-menerus membaca berita buruk atau informasi negatif di internet, meskipun hal itu berdampak buruk bagi kesehatan mental. Fenomena ini semakin meningkat seiring dengan lonjakan penggunaan media sosial dan platform berita daring.
Baca Juga
Waspada Endometriosis, Penyakit yang Merenggut Kualitas Hidup Perempuan
Mengenal Istilah FOPO, Ketakutan akan Opini Orang Lain
Lucky Girl Syndrome: Benarkah Keberuntungan Bisa Diprogram?
Happiness Economic: Apa Benar Uang Bisa Bikin Bahagia?
Gemasnya Carmen Hearts2Hearts Lakukan 'Bow' Khas Orang Indonesia di Panggung Korea
Radiance Ramadan: Taste of Paradise, Petualangan Cita Rasa di BWH Hotels Indonesia
Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), doomscrolling dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan, terutama di kalangan gen Z yang menghabiskan lebih banyak waktu di dunia digital dibandingkan generasi sebelumnya.
Selain itu, menurut Dr. Mollica, yang juga direktur Program Harvard untuk Trauma Pengungsi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, perempuan dan orang-orang dengan riwayat trauma lebih rentan terdampak doomscrolling.
“Sebagian besar media yang mengandung unsur kekerasan bercerita tentang menyakiti perempuan dan anak-anak," katanya.
"Mereka tidak merasa aman di dunia ini dan ingin memahami apa yang sedang terjadi sehingga mereka dapat menenangkan kecemasan mereka. Namun, pada orang-orang yang sama ini, doomscrolling bertindak sebagai pemicu," tambahnya.
Dikutip Harvard Health Publishing, menurut Dr. Aditi Nerurkar, dosen di Divisi Kesehatan Global dan Kedokteran Sosial di Harvard Medical School, doomscrolling juga dapat membuat kita “berdebar-debar” dan dampak fisiknya bisa berupa sakit kepala dan nyeri leher.
"Itu fenomena biologis nyata saat otak kita terasa berdetak karena kita terlalu terstimulasi daring," jelasnya.
"Kemudian sulit untuk terlibat dengan dunia nyata, yang bergerak dengan kecepatan yang jauh lebih lambat," tambahnya.
Meskipun mengikuti perkembangan terkini itu penting, doomscrolling tidak memberikan manfaat tambahan. Lalu, bagaimana cara menguranginya?
Dr Nerurkar dan Dr Mollica menyarankan pendekatan ini:
- Letakan ponsel dan fokus bekerja.
- Jangan membawa ponsel saat makan, aturlah ponsel ke mode senyap.
- Kurangi tingkat saturasi warna pada layar ponsel.
- Batasi penggunaan ponsel dan waktu membaca
Doomscrolling adalah tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z di era digital. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kebiasaan ini dapat dikurangi demi kesehatan mental yang lebih baik.
(Mauri Pertiwi)