Ragam

Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!

Ini alasan kenapa body shaming terhadap mereka yang bertubuh gemuk sama sekali nggak keren.

Vania Rossa

Ilustrasi fatphobia. (Pixabay/Vidmir Raic)
Ilustrasi fatphobia. (Pixabay/Vidmir Raic)

Dewiku.com - Berikut beberapa contoh dari fatphobia yang sering dijumpai dari percakapan sehari-hari:

"Eh, kok gendutan sih?"

"Diet dong, biar sehat!"

"Badannya gede banget, gak enak dilihat."

Pernah dengar kalimat-kalimat di atas? Atau mungkin kamu sendiri pernah mengalaminya? Kalau iya, kamu mungkin udah jadi korban "fatphobia".

Fatphobia Itu Apa, Sih?

Secara sederhana, fatphobia adalah ketakutan atau kebencian terhadap orang yang bertubuh gemuk. Tapi, lebih dari itu, fatphobia juga mencakup stereotip negatif dan diskriminasi yang dihadapi orang-orang bertubuh gemuk.

Bukan Cuma Masalah Berat Badan

Banyak orang menganggap fatphobia hanya masalah selera atau preferensi pribadi. Padahal, dampaknya jauh lebih luas. Fatphobia bisa memengaruhi kesehatan mental, kesempatan kerja, bahkan akses ke layanan kesehatan. Bahkan, stereotip ini dapat menyebabkan diskriminasi yang berbahaya di tempat kerja, saat berkencan, dan dalam perawatan kesehatan.

Berikut beberapa dampak fatphobia yang perlu kamu tahu:

  1. Kesehatan mental: Orang-orang bertubuh gemuk seringkali mengalami body shaming, komentar negatif, dan diskriminasi. Hal ini bisa menyebabkan rasa malu, cemas, depresi, bahkan gangguan makan.
  2. Kesempatan kerja: Studi menunjukkan bahwa orang-orang bertubuh gemuk lebih sulit mendapatkan pekerjaan atau promosi. Mereka juga seringkali dianggap kurang kompeten atau kurang profesional.
  3. Akses ke layanan kesehatan: Dokter seringkali mengabaikan keluhan kesehatan orang-orang bertubuh gemuk dan langsung menyalahkan berat badan mereka. Hal ini bisa menyebabkan diagnosis yang salah atau perawatan yang tidak tepat.
  4. Diskriminasi sosial: Orang-orang bertubuh gemuk seringkali mengalami diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin diolok-olok di tempat umum, dikucilkan dari pergaulan, atau bahkan mengalami kekerasan verbal.

Lebih lanjut, dalam laporan dari BBC News mengungkapkan bahwa perempuan sering menjadi target utama fatphobia, menghadapi tekanan sosial yang intens untuk memenuhi standar kecantikan yang sempit. 

Tekanan ini dapat menyebabkan masalah citra tubuh, gangguan makan, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Ketika perempuan terus-menerus dibombardir dengan gambar-gambar yang memamerkan bentuk tubuh yang ideal, tidak mengherankan jika mereka mulai percaya bahwa tubuh mereka masih terlalu besar dan bentuknya salah.

Menurut Psychology Today, sikap negatif yang tersebar luas terhadap tubuh ini bersifat delusi, yang menumbuhkan pikiran-pikiran negatif seperti kebencian dan penghinaan terhadap diri sendiri.

Misalnya, mengomentari diri sendiri dengan perkataan, “Saya sangat buruk”, “Tubuh saya sangat gemuk, maka saya nggak berguna.”

Dukung Gerakan Body Positivity

Untuk mengatasi fatphobia ini, penting bagi masyarakat untuk mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif terhadap kesehatan dan kecantikan, serta meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari diskriminasi terkait berat badan. 

Kemudian, sebarkan pesan positif tentang penerimaan diri dan keberagaman bentuk tubuh. Dengan menerima diri sendiri, maka kita semua dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih adil dan sehat bagi semua individu, terlepas dari ukuran tubuh mereka.

(Mauri Pertiwi)

Berita Terkait

Berita Terkini