Ragam
Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
Baru putus kemarin, eh hari ini sudah gandeng pacar baru. Beneran move on, atau pelarian?
Vania Rossa

Dewiku.com - Putus cinta memang nggak enak. Tak hanya hati yang hancur berkeping-keping, dunia juga terasa seperti runtuh. Di tengah kesedihan, tak sedikit yang memutuskan 'move on' dengan menjalin hubungan baru. Tapi hati-hati, terlalu cepat menjalin hubungan setelah putus, bisa membuatmu terjebak pada rebound relationship.
Apa Itu Rebound Relationship?
Baca Juga
Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
Tingkat Kesembuhan Kanker Darah Meningkat Drastis, Apa Rahasianya?
Rebound relationship adalah hubungan yang dijalin segera setelah putus cinta, dengan tujuan untuk melupakan mantan dan mengisi kekosongan hati. Biasanya, hubungan ini terjalin dengan cepat, tanpa proses pendekatan yang matang.
Menurut Psychology Today, hubungan ini sering digunakan sebagai cara untuk 'melupakan' hubungan jangka panjang yang baru saja berakhir.
“Hubungan rebound terjadi ketika seseorang memasuki hubungan baru sebagai reaksi terhadap hubungan sebelumnya, sementara masih berjuang dengan dampak emosional dari perpisahan,” ujar Micaela Stein, LCSW, dari Humantold.
Meski fenomena ini cukup umum terjadi, ada perdebatan mengenai apakah hubungan rebound merupakan pilihan yang sehat atau justru strategi koping yang kurang tepat.
Antara Penyembuhan dan Pelarian
Beberapa ahli berpendapat bahwa hubungan rebound dapat membantu seseorang bangkit dan melanjutkan hidup setelah putus cinta.
Namun, ada pula yang menganggapnya sebagai cara untuk menghindari proses penyembuhan emosional yang seharusnya dijalani.
Lantas, mengapa seseorang menjalani hubungan rebound?
Dilansir dari Very Well Mind, seseorang yang mengalami putus cinta sering kali mencari pemenuhan kebutuhan sosial, fisik, dan emosional melalui hubungan baru.
Namun, dalam prosesnya, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya.
Dan bisa saja secara tidak sengaja mengorbankan pasangan baru mereka.
Di sisi lain, hubungan rebound bisa menjadi pengalaman yang positif jika dijalani dengan jujur dan terbuka.
Seseorang mungkin mencari hubungan baru untuk kembali merasa terhubung dengan orang lain dalam suasana yang menyenangkan.
Jika dilakukan dengan kesadaran penuh, hubungan ini dapat membantu mereka meneguhkan identitas diri. Serta, membangkitkan semangat menjalani hidup setelah putus cinta.
Dampak pada Kesehatan Mental
Meski demikian, hubungan rebound juga memiliki risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan mental kedua pasangan.
Jika salah satu pihak sepenuhnya hadir dalam hubungan, sementara yang lain masih terjebak dalam emosi masa lalu.
Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam hubungan.
Perbedaan pandangan mengenai kondisi emosional masing-masing bisa menjadi tantangan besar bagi kesejahteraan kedua belah pihak.
Pada akhirnya, keberhasilan sebuah hubungan rebound bergantung pada kesadaran, komunikasi, dan kesiapan emosional kedua pasangan.
Jika dijalani dengan terbuka dan sehat, hubungan ini bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan.
Namun, jika hanya dijadikan sebagai pelarian, hubungan rebound bisa berisiko menambah luka emosional bagi kedua belah pihak.
Pada akhirnya, rebound relationship bisa jadi pilihan kalau kamu merasa kesepian. Tapi jangan sampai itu jadi pelarian dari rasa sakit hati. Ingat, setiap orang punya waktu yang berbeda-beda untuk move on. Jangan memaksakan diri untuk cepat-cepat punya pacar baru kalau hati belum siap.
(Mauri Pertiwi)