Ragam

Invisible Load: Beban Mental yang Tidak Terlihat di Balik Peran Perempuan

Beban mental ini muncul dari tuntutan untuk selalu mengingat, merencanakan, dan mengelola berbagai aspek kehidupan sehari-hari, serta tanggung jawab yang seringkali tidak diakui oleh pasangan, keluarga, atau bahkan lingkungan sosial.

Risna Halidi

Ilustrasi perempuan mengalami invisible load. (Unsplash/Kevin Liang)
Ilustrasi perempuan mengalami invisible load. (Unsplash/Kevin Liang)

Dewiku.com - Di balik senyum dan kesigapan perempuan dalam mengurus rumah tangga, bekerja, hingga mengatur kehidupan sosial, ada beban yang sering kali tak terlihat atau invisible load

Beban mental ini muncul dari tuntutan untuk selalu mengingat, merencanakan, dan mengelola berbagai aspek kehidupan sehari-hari, serta tanggung jawab yang seringkali tidak diakui oleh pasangan, keluarga, atau bahkan lingkungan sosial.

Ilustrasi ibu dan anak. (Unsplash/diGital Sennin)
Ilustrasi ibu dan anak. (Unsplash/diGital Sennin)

Lalu, Apa Itu Invisible Load

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lucia Ciciolla, seorang profesor psikologi di Oklahoma State University. Dalam studinya, ia menjelaskan bahwa invisible load adalah beban mental yang dimiliki perempuan dalam menjalankan perannya.

"Beban mental yang dimiliki perempuan dalam menjalankan peran domestik dan profesional, yang tidak hanya mencakup pekerjaan fisik, tetapi juga aspek emosional dan kognitif dari pengelolaan rumah tangga," ujarnya. 

Menurut sebuah laporan dari BBC, banyak perempuan yang mengaku merasa terbebani karena mereka harus mengingat jadwal seluruh anggota keluarga, memastikan kebutuhan rumah tangga terpenuhi, hingga mengatur pendidikan anak-anak semuanya tanpa pengakuan atau pembagian tugas yang adil.

Coba bayangkan, ada seorang ibu bekerja harus menghadiri rapat penting di kantor, tetapi di saat yang sama, ia juga harus mengingat bahwa anaknya memiliki ujian di sekolah, suaminya bekerja, dan stok makanan di kulkas harus segera diisi ulang. 

Tidak hanya itu, ia juga harus memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik, tanpa keluhan atau jeda.

Dikutip The Guardian, fenomena ini banyak dirasakan oleh perempuan di seluruh dunia. Seorang psikolog Prancis, Dr. Aurélia Schneider, mengatakan ketika seorang perempuan harus berpikir untuk semua orang dalam keluarganya, ia menjalankan peran sebagai manajer kehidupan rumah tangga. 

Ilustrasi anak laki-laki belajar memasak (Unsplash/Jonathan Borba)
Ilustrasi (Unsplash/Jonathan Borba)

Dan bukan hanya tentang pekerjaan fisik, tetapi juga pekerjaan mental yang terus-menerus terjadi. Hal ini diperparah dengan ekspektasi sosial bahwa perempuan secara alami lebih "teliti" dalam mengurus rumah tangga. 

Banyak perempuan yang tumbuh dalam lingkungan di mana mereka diajarkan bahwa mengurus rumah adalah tanggung jawab utama mereka, sementara laki-laki cenderung tidak mendapatkan pendidikan yang sama dalam hal tugas domestik.

Akibatnya, perempuan sering kali merasa bertanggung jawab atas detail-detail kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencatat daftar belanjaan, memastikan anak-anak tumbuh dengan baik, hingga mengingat ulang tahun dan acara keluarga.

Dampak yang Tidak Terlihat

Beban mental ini memiliki konsekuensi yang serius. Sebuah studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa perempuan yang terus-menerus menghadapi invisible load lebih rentan terhadap stres, kecemasan, dan kelelahan emosional. 

Dr. Kate Mangino, seorang sosiolog yang meneliti kesetaraan gender, menyatakan bahwa beban mental yang tidak diakui membuat perempuan merasa kurang dihargai

"Beban mental yang tidak diakui ini sering kali membuat perempuan merasa terisolasi dan kurang dihargai dalam rumah tangga," ungkapnya, dilansir Dewiku Rabu (19/3/2025). 

Lebih jauh lagi, invisible load juga berdampak pada karir perempuan. Banyak perempuan yang merasa kesulitan untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan karena harus membagi perhatian antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga yang tidak terlihat ini.

Lalu, Bagaimana Cara Mengatasinya? 

  1. Komunikasi Terbuka, pasangan dan anggota keluarga harus saling berbicara tentang beban tugas dan membaginya secara adil.
  2.  Membuat Daftar Tanggung Jawab Bersama, dengan mendokumentasikan tugas-tugas domestik, pasangan dapat melihat gambaran nyata dari beban yang ada.
  3. Mengubah Pola Pikir, kesetaraan dalam rumah tangga bukan hanya tentang berbagi tugas fisik, tetapi juga berbagi tanggung jawab mental.

Di era saat ini, perempuan tidak hanya berperan sebagai ibu atau istri, tetapi juga sebagai pemimpin, profesional, dan individu yang memiliki hak untuk hidup seimbang. 

Saatnya kita mengakui bahwa invisible load itu nyata, dan memastikan bahwa setiap perempuan mendapatkan apresiasi dan dukungan yang pantas.

Penulis: Mauri Pertiwi

Berita Terkait

Berita Terkini