Ragam

Kekuatan Berkata "Tidak": Mengapa Perempuan Perlu Belajar Menolak dengan Tegas

Mulai dari lingkungan kerja hingga hubungan pribadi, banyak perempuan merasa terpaksa menyetujui sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Vania Rossa

Ilustrasi perempuan berani berkata
Ilustrasi perempuan berani berkata "tidak". (Freepik/jcomp)

Dewiku.com - Dalam masyarakat yang sering kali menempatkan perempuan dalam posisi untuk selalu menyenangkan orang lain, berkata "tidak" dengan tegas menjadi sebuah kekuatan yang penting.

Kemampuan ini bukan hanya tentang menetapkan batasan, tetapi juga tentang menghargai diri sendiri dan mengambil kendali atas hidup.

Faktanya, mulai dari lingkungan kerja hingga hubungan pribadi, banyak perempuan merasa terpaksa menyetujui sesuatu yang tidak mereka inginkan. 

Hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial dan profesional mereka, tetapi juga pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Mengapa Sulit Bagi Perempuan untuk Menolak?

Sejak lama, perempuan dibesarkan dengan norma yang mengajarkan mereka untuk menjadi menyenangkan dan menghindari konfrontasi. 

Menurut Dr. Joy Harden Bradford, seorang psikolog klinis dan pendiri Therapy for Black Girls, menyebut perempuan selalu diajarkan untuk memprioritaskan perasaan orang lain daripada perasaan diri sendiri. 

“Perempuan diajarkan sejak kecil untuk memprioritaskan perasaan orang lain di atas perasaan mereka sendiri. Mereka sering takut bahwa menolak akan membuat mereka dicap sebagai egois atau kasar,” ujarnya.

Selain itu, budaya ini diperkuat oleh media dan pendidikan, yang sering menggambarkan perempuan sebagai sosok yang harus selalu pengertian dan mengakomodasi kebutuhan orang lain.

Hal ini menciptakan ekspektasi bahwa perempuan yang baik adalah mereka yang selalu bersedia mengorbankan diri demi orang lain.

Lalu, adanya konsekuensi sosial jika perempuan mengatakan tidak. 

Mengatakan “tidak” sering kali membawa konsekuensi bagi perempuan, terutama dalam dunia profesional. 

Menurut studi dari Harvard Business Review, perempuan yang menolak tugas tambahan atau permintaan di tempat kerja sering dianggap kurang kooperatif dibandingkan pria yang melakukan hal yang sama.

Dr. Linda Babcock, profesor di Carnegie Mellon University, mengatakan ketika perempuan menolak, mereka akan dianggap tidak suportif. 

“Ketika perempuan menolak permintaan, mereka lebih mungkin dianggap sebagai individu yang tidak suportif, sedangkan pria yang menolak lebih sering dilihat sebagai tegas dan mandiri,” ungkapnya. 

Tak hanya di dunia kerja, dalam hubungan sosial dan romantis pun perempuan sering menghadapi tekanan untuk menyetujui sesuatu yang mereka tidak inginkan, baik itu dalam pertemanan, pernikahan, atau bahkan hal-hal yang lebih serius seperti pelecehan seksual.

Kemudian, kesulitan untuk berkata “tidak” tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial dan profesional perempuan, tetapi juga pada kesehatan mental mereka. 

Rasa bersalah, stres, dan kelelahan emosional menjadi konsekuensi dari selalu mengatakan “ya” ketika sebenarnya mereka ingin menolak.

Akibatnya, mereka sering merasa tidak dihargai, lelah secara emosional, dan bahkan mengalami gangguan kesehatan mental.

Dilansir BBC, menyetujui sesuatu yang bertentangan dengan keinginan pribadi dapat menyebabkan kecemasan dan bahkan depresi. 

Oleh karena itu, belajar menetapkan batasan dan memiliki keberanian untuk mengatakan “tidak” adalah bagian penting dari menjaga keseimbangan hidup dan kesehatan mental.

Tips Belajar Menolak dengan Tegas

Perubahan dalam pola pikir dan budaya sangat penting agar perempuan lebih berani mengatakan “tidak.” 

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Menyadari hak untuk menolak, perempuan berhak menolak tanpa harus merasa bersalah.
  • Menggunakan kalimat tegas, menyatakan ketidaksetujuan dengan jelas tanpa perlu merasa wajib memberikan alasan panjang.
  • Mendukung satu sama lain, membangun komunitas yang saling mendukung dapat membantu perempuan merasa lebih percaya diri.

Belajar mengatakan "tidak" dengan tegas adalah sebuah perjalanan. Dengan latihan dan kesabaran, setiap perempuan dapat menemukan kekuatan dalam suara mereka dan mengambil kendali atas hidup mereka.

(Mauri Pertiwi)

Berita Terkait

Berita Terkini