Ragam

Beauty Filter & Body Dysmorphia: Bagaimana Media Sosial Membentuk Cara Perempuan Melihat Diri Sendiri

Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Facial Plastic Surgery menemukan bahwa meningkatnya penggunaan beauty filter dapat menyebabkan fenomena yang disebut "Snapchat Dysmorphia".

Risna Halidi

Ilustrasi standar kecantikan media sosial. (Freepik)
Ilustrasi standar kecantikan media sosial. (Freepik)

Dewiku.com - Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Visual menarik di media sosial, seakan sebuah kebutuhan mutlak. 

Karena itu, fitur seperti beauty filter yang awalnya bertujuan untuk mempercantik tampilan dalam foto dan video, kini semakin berkembang dan banyak digunakan. 

Namun tanpa disadari, penggunaan beauty filter ini bisa berdampak pada cara perempuan melihat diri sendiri, bahkan berkontribusi pada fenomena yang disebut dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) atau gangguan dismorfik tubuh.

Beauty filter menawarkan berbagai fitur yang bisa mengubah tampilan wajah dalam hitungan detik. 

Wajah bisa terlihat lebih simetris, kulit tampak lebih halus, hidung lebih kecil, dan mata lebih besar. 

Awalnya, ini mungkin terasa menyenangkan, tetapi semakin sering digunakan, semakin banyak orang yang merasa tidak percaya diri dengan tampilan aslinya tanpa filter.

Studi menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap wajah yang telah dimodifikasi oleh filter dapat mengubah persepsi seseorang terhadap kecantikan. 

Menurut Dr. Renee Engeln, seorang psikolog dari Northwestern University, penggunaan filter yang berlebihan dapat membuat seseorang memiliki standar kecantikan yang tidak realistis, yang pada akhirnya menurunkan rasa percaya diri mereka terhadap penampilan asli.

Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Facial Plastic Surgery menemukan bahwa meningkatnya penggunaan beauty filter dapat menyebabkan fenomena yang disebut "Snapchat Dysmorphia".

Di mana individu menjadi terobsesi untuk tampil seperti versi diri mereka yang telah dimodifikasi oleh filter.

Body Dysmorphia: Ketika Citra Diri Terganggu

Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah kondisi psikologis di mana seseorang terobsesi dengan kekurangan fisik yang sering kali tidak terlihat oleh orang lain. 

Penggunaan beauty filter yang berlebihan bisa menjadi salah satu pemicunya. 

Ketika seseorang terbiasa melihat versi dirinya yang telah dimodifikasi, mereka mulai merasa bahwa penampilan asli mereka kurang menarik atau bahkan “buruk”.

Ilustrasi foto selfie. (Pexels/Lisa Fotios)
Ilustrasi foto selfie. (Pexels/Lisa Fotios)

Menurut Dr. Neelam Vashi, seorang dermatolog sekaligus peneliti di Boston University School of Medicine, penggunaan filter yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan depresi, terutama pada mereka yang sudah rentan terhadap masalah citra tubuh. 

Ia menjelaskan bahwa individu dengan BDD cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dan membandingkan diri mereka dengan standar kecantikan yang tidak realistis.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga bisa mendorong seseorang untuk melakukan perubahan ekstrem, seperti operasi plastik atau penggunaan produk kecantikan secara berlebihan. 

Sayangnya, meskipun telah melakukan berbagai perubahan, banyak yang tetap merasa tidak puas karena standar kecantikan yang terus berubah di media sosial.

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kecantikan sejati tidak hanya berasal dari tampilan fisik, tetapi juga dari rasa percaya diri dan penerimaan terhadap diri sendiri. 

Media sosial seharusnya menjadi tempat untuk mengekspresikan diri, bukan sekadar ajang untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis.

Penulis: Imelda Rosalin

Berita Terkait

Berita Terkini