Ragam

Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan

Ibarat memberi makan burung dengan remah roti, pelaku breadcrumbing memberikan secuil harapan yang membuat korban terus menunggu dan berharap, padahal sebenarnya tidak ada masa depan yang jelas.

Vania Rossa

Ilustrasi pasangan. (Unsplash/Jack Finnigan)
Ilustrasi pasangan. (Unsplash/Jack Finnigan)

Dewiku.com - Perempuan mana, sih, yang tak senang diberi perhatian? Terlebih kalau perhatian tersebut diberikan setiap hari. Tapi, ketika perhatian hanya diberikan sedikit-sedikit, dan tanpa diikuti dengan kejelasan status hubungan, hati-hati dengan breadcrumbing.

Breadcrumbing secara sederhana dapat diartikan sebagai tindakan memberikan "remah-remah" perhatian kepada seseorang, cukup untuk mempertahankan minat mereka tanpa adanya niat untuk menjalin hubungan yang serius atau berkomitmen. 

Ibarat memberi makan burung dengan remah roti, pelaku breadcrumbing memberikan secuil harapan yang membuat korban terus menunggu dan berharap, padahal sebenarnya tidak ada masa depan yang jelas.

Tentu saja perilaku ini dapat menimbulkan harapan palsu dan kebingungan, terutama bagi perempuan yang menjadi korbannya.

Melansir Verywell Mind, breadcrumbing melibatkan komunikasi yang tidak konsisten, seperti mengirim pesan singkat atau emoji tanpa komitmen nyata untuk bertemu atau menjalin hubungan lebih lanjut. 

Tanda-tanda umum dari breadcrumbing meliputi ketidakmampuan untuk membuat atau berkomitmen pada hubungan, komunikasi tidak terbuka yang dangkal, dan perubahan sikap yang tiba-tiba dari hangat menjadi dingin.

Tak hanya itu, breadcrumbing juga melibatkan pemberian perhatian yang tidak konsisten untuk menjaga seseorang tetap tertarik, tanpa komitmen nyata. 

Sabrina Zohar, seorang pakar kencan, menjelaskan bahwa breadcrumbing bekerja berdasarkan penguatan intermiten, sebuah prinsip psikologis di mana hadiah yang tidak dapat diprediksi membuat seseorang terpikat. 

“Breadcrumbing bergantung pada penguatan intermiten prinsip psikologis di mana hadiah yang tidak dapat diprediksi, seperti teks di sana atau pujian di sini, membuat Anda terpikat karena otak Anda menginginkan 'hadiah' berikutnya,” jelas Zohar. 

Mengapa Laki-Laki Melakukan Breadcrumbing? 

Alasan di balik perilaku ini bervariasi. Beberapa individu melakukannya untuk meningkatkan harga diri mereka melalui perhatian yang mereka terima dari orang lain. 

Healthline menjelaskan bahwa orang yang melakukan breadcrumbing mungkin ingin mempertahankan minat dari beberapa individu untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Selain itu, sifat narsistik juga dapat mendorong perilaku ini. Individu dengan kecenderungan narsistik sering menikmati permainan emosional tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

Chamin Ajjan, seorang terapis berlisensi, menambahkan bahwa beberapa orang melakukan breadcrumbing karena merasa tidak aman atau takut sendirian. 

“Beberapa orang yang melakukan breadcrumbing tidak menyadari bahwa mereka sedang memanipulasi. Mereka hanya ingin memastikan bahwa ada seseorang yang tetap tertarik pada mereka,” kata Ajjan, dilansir dari Mindbodygreen. 

Sehingga, perilaku ini dapat menyebabkan dampak emosional yang signifikan bagi korban. Seperti kebingungan, penurunan harga diri, dan perasaan tidak dihargai adalah beberapa konsekuensi yang sering dialami. 

Menurut Ajjan, breadcrumbing menciptakan harapan palsu dan membuat seseorang tetap terjebak dalam lingkaran ketidakpastian. 

“Mereka mungkin terus menunggu perhatian berikutnya dan mengabaikan tanda-tanda bahwa hubungan ini tidak akan berkembang,” jelasnya.

Hal ini, penting bagi seseorang untuk mengenali tanda-tanda breadcrumbing dan menetapkan batasan yang sehat agar tidak terjebak dalam hubungan yang tidak seimbang. 

Dilansir Brides, Dr. Kelly Campbell, seorang profesor psikologi di California State University, San Bernardino, menyatakan bahwa breadcrumbing adalah tindakan manipulatif yang dirancang untuk membuat seseorang bergantung secara emosional. 

Ia menekankan pentingnya tidak menoleransi perlakuan buruk dan mencari hubungan yang memberikan perhatian seimbang. 

Untuk melindungi diri dari breadcrumbing, penting untuk langsung menghadapi secara langsung pelaku dan menetapkan batasan yang tegas. 

Jika seseorang menunjukkan perilaku breadcrumbing, coba tanyakan langsung tentang niat mereka dalam hubungan. 

Selain itu, jika seseorang hanya memberikan perhatian yang tidak konsisten, tetapi tidak pernah benar-benar berusaha untuk membangun hubungan, maka kemungkinan besar mereka tidak benar-benar tertarik. 

Kemudian, jangan takut untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat. Jika seseorang terus-menerus memberikan harapan palsu, lebih baik fokus pada hubungan yang memberikan kejelasan dan komitmen nyata. 

Memprioritaskan diri sendiri dan menjaga kesehatan emosional adalah langkah penting dalam menghadapi perilaku manipulatif ini.

Breadcrumbing adalah bentuk manipulasi emosional yang tidak sehat dan tidak pantas untuk diterima. Mengenali tanda-tandanya adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari rasa sakit hati dan membuka pintu bagi hubungan yang lebih tulus dan bermakna. Ingatlah, kita semua berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang utuh, bukan hanya remah-remah harapan yang menyesatkan.

(Mauri Pertiwi)

Berita Terkait

Berita Terkini