Ragam
Apakah Perempuan Masa Kini Terlalu Terobsesi Punya Kulit Glowing?
Skincare overload mengacu pada penggunaan produk perawatan kulit yang berlebihan di mana seseorang membeli dan menggunakan berbagai produk perawatan kulit tanpa memahami kebutuhan spesifik kulit sendiri.
Risna Halidi

Dewiku.com - Beberapa tahun terakhir, industri skincare mengalami lonjakan penjualan yang luar biasa mulai dari serum, essence, hingga tren 10 step skincare routine.
Hal tersebut terjadi karena banyak perempuan saat ini yang semakin fokus pada perawatan kulit demi mencapai tampilan glowing yang dianggap ideal.
Baca Juga
Mengapa Banyak Perempuan Mengalami Penurunan Aktivitas Sosial saat Memasuki Usia 40-an?
Fear Of Success: Ketika Puncak Karier Jadi Momok Menakutkan
Minggu Ceria Dewiku Bersama Komunitas TBM Kolong Ciputat: Bermain hingga Buka Bersama
Menjadi Wave Maker: Ketika Perempuan Berani Mengubah Dunia
Karakter IU di When Life Gives You Tangerine yang jadi Refleksi Perjuangan Perempuan Masa Kini
Diskon, Cashback hingga Midnight Sale! Bazaar Ini Hadirkan Promo Lebaran Meriah
Namun, di balik tren ini, muncul juga pertanyaan "apakah kita sudah terlalu terobsesi dengan kulit sempurna untuk memenuhi standar kecantikan?"
Berdasarkan laporan dari Euromonitor International, Industri kecantikan dan perawatan diri di Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan mendapatkan pendapatan yang mencapai lebih dari Rp111 triliun.
Tingginya jumlah pendapatan ini didukung juga dengan adanya media sosial yang memudahkan penyebaran tren kepada penggunanya.
Salah satunya adalah tren kecantikan dari Korea Selatan yang berhasil memengaruhi pengguna media sosial di Indonesia yaitu Glass Skin yang mengutamakan kulit cerah dan halus tanpa tekstur.
Media Sosial dan Tekanan Standar Kecantikan

Media sosial kini telah menjadi faktor utama dalam membentuk standar kecantikan baru.
Sebuah laporan dari Insight Factory by SOCO menunjukkan bahwa sebanyak 77% konsumen di Indonesia membaca ulasan sebelum membeli produk kecantikan dan sebanyak 27% perempuan mengandalkan rekomendasi influencer dalam memilih produk skincare.
Tren seperti #GlassSkin, #NoMakeupMakeup, dan berbagai challenge before-after di media sosial berhasil memengaruhi perempuan untuk tampil dengan sempurna.
Perempuan dalam hal ini semakin terdorong untuk terus mencoba produk baru demi mendapatkan kondisi kulit yang sempurna tanpa noda.
Banyaknya influencer yang membagikan rutinitas perawatan kulit yang panjang dan kompleks, membuat banyak perempuan merasa bahwa semakin banyak produk yang digunakan, semakin baik pula hasilnya.
Padahal sebaliknya, hal ini justru dapat menyebabkan kecemasan berlebihan terhadap kondisi kulit.
Skincare Overload dan Dampaknya
Skincare overload mengacu pada penggunaan produk perawatan kulit yang berlebihan di mana seseorang membeli dan menggunakan berbagai produk perawatan kulit tanpa memahami kebutuhan spesifik kulit sendiri.
Fenomena ini semakin marak didukung dengan munculnya tren layering produk skincare di mana pengguna skincare bisa menggunakan hingga 10 produk dalam satu waktu.
Menggunakan 10 produk skincare dalam satu waktu dapat berdampak negatif bagi penggunanya. Skincare overload dapat menyebabkan kondisi skin barrier menjadi rusak dan wajah menjadi breakout karena ketidakseimbangan kulit.

Lebih spesifik, Halodoc telah menjelaskan dampak buruk dari penggunaan produk skincare pada kesehatan kulit. Beberapa efek samping yang dapat muncul seperti:
- Kulit kering dan dehidrasi, pemakaian terlalu banyak produk dengan bahan aktif seperti retinol atau AHA/BHA dapat menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan kekeringan berlebihan.
- Peradangan dan iritasi, kombinasi berbagai bahan kimia tanpa memahami reaksi yang ditimbulkan dapat menyebabkan kulit menjadi merah, sensitif, dan iritasi.
- Pori-pori tersumbat dan jerawat, penggunaan berlapis-lapis produk yang tidak sesuai dapat menyumbat pori-pori dan memicu timbulnya jerawat atau komedo.
- Ketidakseimbangan skin barrier, overuse produk skincare dapat merusak lapisan pelindung alami kulit, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap polusi dan bakteri penyebab masalah kulit.
Penulis: Sifra Kezia