Trending

Fenomena Kelangkaan Gas Melon yang Mengusik 'Jantungnya' Rumah Tangga

Kelangkaan ini membawa dampak sosial yang luas, termasuk antrean panjang, meningkatnya harga di tingkat pengecer, hingga korban jiwa akibat kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk mengantre lama.

Risna Halidi

Ilustrasi ketika memasak. (Unsplash/Katerina Smirnova)
Ilustrasi ketika memasak. (Unsplash/Katerina Smirnova)

Dewiku.com - Dapur merupakan jantung rumah tangga, tempat di mana makanan bergizi disiapkan untuk keluarga. Namun, masyarakat di berbagai daerah sempat mengalami kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg atau yang dikenal sebagai 'gas melon'.

Kelangkaan ini membawa dampak sosial yang luas, termasuk antrean panjang, meningkatnya harga di tingkat pengecer, hingga korban jiwa akibat kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk mengantre lama.

Di berbagai daerah, antrean panjang menjadi pemandangan sehari-hari di pangkalan gas. Masyarakat, terutama ibu rumah tangga dan pelaku usaha kecil, terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendapatkan gas.

Seperti yang terjadi di Tangerang Selatan, seorang nenek meninggal dunia setelah mengantre gas dalam kondisi lelah dan kepanasan.

Berdasarkan laporan, kelangkaan gas melon juga terjadi di Bontang Utara, Kalimantan Timur. Warga setempat mengalami kesulitan memasak selama hampir dua pekan akibat keterbatasan pasokan gas.

Beberapa warga bahkan harus berkeliling mencari gas di berbagai pangkalan yang stoknya kosong.

Dampak terhadap Usaha Kecil dan Ekonomi Masyarakat

Kelangkaan gas melon berdampak pada pelaku usaha kecil seperti penjual nasi uduk, tukang bakso, dan pedagang gorengan. Mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya karena tidak bisa memasak tanpa gas.

Beberapa pedagang terpaksa menghentikan produksi atau menaikkan harga jual untuk menutup biaya tambahan akibat harus membeli gas dengan harga lebih tinggi dari pengecer.

Keluhan masyarakat atas kondisi ini banyak disuarakan, salah satunya melalui media sosial. Seorang ibu-ibu yang viral di akun TikTok @liyabrewek mengungkapkan keresahannya. Ia menyebut kondisi tersebut membuat para pedagang kecil menghabiskan waktu hanya untuk mengantre gas, bukan berjualan.

"Sekarang lu pasti ngerasain ya, apa yang gue rasain. Pekara gas, itu ngapa sekarang gas susah banget. Dulu orang enak-enak masak, sekarang disusah-susahin banget. Tukang nasi uduk, tukang baso, tukang gorengan, kalau gasnya abis tiba-tiba, gimana? Mereka harus lari ke pangkalan, antri panjang, kapan jualannya?"

Ketidakjelasan Distribusi dan Harga Gas Melon

Hari ini, Selasa (4/2/2025), pemerintah telah mengumumkan kembali normalnya distribusi gas 3 kg setelah sebelumnya terjadi kelangkaan. Langkah-langkah yang diambil antara lain peningkatan pasokan dan pemantauan distribusi untuk mencegah penimbunan dan penyalahgunaan.

Syaratnya, para pengecer harus menjadi subpangkalan resmi Pertamina, baru setelah itu mereka diizinkan untuk menjual gas LPG 3 kg tersebut ke konsumen. Untuk Sahabat Dewiku yang kemarin merasakan kelangkaan gas LPG, apakah setuju dengan aturan tersebut?

Penulis: Nurul Lutfia Maryadi

Berita Terkait

Berita Terkini