Trending
Adakah Dampak Cancel Culture dalam Tragedi Kematian Kim Sae Ron?
Kepergiannya yang tragis diduga kuat akibat bunuh diri, dan sontak meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para penggemarnya.
Risna Halidi

Dewiku.com - Kabar duka menyelimuti industri hiburan Korea Selatan. Aktris muda berbakat, Kim Sae Ron, ditemukan meninggal dunia di kediamannya pada Minggu, 16 Februari 2025.
Kepergiannya yang tragis diduga kuat akibat bunuh diri, dan sontak meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para penggemarnya.
Baca Juga
Fenomena Sadfishing, Tren Pamer Air Mata di Media Sosial
Mengupas Ketidakadilan Kelas dan Gender dalam Drakor The Tale of Lady Ok
Hidup Penuh Kejutan, Perlindungan Finansial untuk Keluarga Harus Jadi Prioritas
TBM jadi Oase di Kolong Jembatan, Bukti Literasi Bisa Tumbuh di Mana Saja
Love Scam Gara-Gara AI, Semakin Sulit Membedakan Antara Cinta yang Tulus dan Penipuan
Di Balik Aroma Parfum, Ada Pesan Tak Terucap Tentang Diri Anda
Di balik talenta dan popularitasnya, Kim Sae Ron ternyata menyimpan beban berat akibat cancel culture yang menghantuinya selama beberapa tahun terakhir.
Pada 18 Mei 2022 lalu, Kim Sae Ron terlibat dalam sebuah insiden yang mengubah jalan hidupnya. Ia mengalami kecelakaan tunggal saat mengemudi dalam keadaan mabuk, menabrak pagar pembatas jalan, pohon, hingga trafo listrik di kawasan Gangnam, Seoul.
Insiden ini tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga menyebabkan pemadaman listrik selama tiga jam dan berdampak pada bisnis-bisnis di sekitarnya.
Akibat perbuatannya, Kim Sae Ron menghadapi konsekuensi hukum dan kecaman publik yang masif. Hasil tes darah menunjukkan kadar alkohol dalam darahnya mencapai 0,2%, yang mengakibatkan pencabutan izin mengemudinya.
Lebih dari itu, ia menjadi sasaran cyberbullying dan cancel culture dari warganet Korea Selatan, yang merasa kecewa dan marah atas tindakannya.
Memahami Cancel Culture: Lebih dari Sekadar Kritik
Cancel culture, menurut Merriam-Webster Dictionary, adalah praktik atau kecenderungan melakukan pembatalan massal sebagai bentuk ketidaksetujuan dan tekanan sosial.
Dipta Ninggar Anjarini dalam jurnal Cancel Culture in the Frame of Comparison of Indonesia and South Korea' menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan reaksi terhadap perilaku seseorang yang disebarluaskan melalui media sosial.
Namun, cancel culture bukan sekadar kritik konstruktif. Ia seringkali melibatkan penghakiman publik yang keras, boikot, dan upaya untuk merusak reputasi serta karier seseorang.
Dalam kasus Kim Sae Ron, cancel culture telah merenggut kesempatan kerja, membuatnya menarik diri dari sorotan publik, dan diduga kuat berkontribusi pada masalah kesehatan mental yang berujung pada tragedi.
Dampak Psikologis yang Merusak
Brad Brenner, Ph.D. dari Therapy Group of DC, menekankan bahwa cancel culture dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental, baik bagi target maupun pelaku. Individu yang menjadi sasaran cancel culture rentan mengalami kecemasan, depresi, dan isolasi sosial.
Dalam kasus ekstrem, mereka bahkan menerima ancaman yang memperburuk kondisi mental mereka. Kim Sae Ron, sebagai seorang figur publik yang menghadapi gelombang kecaman dan kehilangan sumber penghasilan, kemungkinan besar mengalami tekanan psikologis yang sangat berat.
Meskipun kita tidak dapat memastikan sepenuhnya apa yang dialaminya, kita dapat berspekulasi bahwa cancel culture telah memperburuk kondisi mentalnya dan berkontribusi pada keputusasaan yang mendalam.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi